Archive for the ‘Baca Peristiwa’ Category

JUJUR DAN SERIUS

Posted: November 5, 2015 in Baca Peristiwa, Dialog

Alwi yang hobi menulis di dinding facebook, tak begitu risau dengan ‘hate speech’ yang kini ramai dibincangkan. Menurutnya, berhati-hati dalam berujar di media sosial, sudah sepatutnya dan tidak harus menunggu surat edaran.

(lebih…)

TAK SENDIRI

Posted: Oktober 24, 2015 in Baca Peristiwa
Tag:

::kafha

Malam ini, begitu senyap. Laiknya kuburan yang hanya berkawankan burung hantu dan orong-orong atau jengkerik yang malas bersuara. Padahal aku tinggal di komplek perumahan. Ya, memang perumahan sederhana. Di pinggiran lagi! Pinggiran Kota Ungaran. Di apit persawahan dan bukit-bukit yang masih lebat gerumbul rumput dan pepohonan liarnya. (lebih…)

DALAM RENCANA-NYA

Posted: Oktober 24, 2015 in Baca Peristiwa
Tag:

Kamera itu tak bisa dipakai lagi. Sudah tiga tahun saya memilikinya. Kamera yang selama ini memudahkan diriku untuk pamer kegiatan, unjuk “kebolehan”, dan narsis keluarga, kini telah purna tugas. Ya, istriku yang dini hari tadi pulang dari pikniknya, menyerahkan kamera yang terendam air pantai Pangandaran dengan muka merunduk. Barangkali sangat tak enak hati, terbata-bata, tangan gemetaran, ia meminta maaf kepadaku. Naluri seseorang yang merasa bersalah, tak sanggup menatap mata lawan bicara. (lebih…)

Semoga !

Posted: Oktober 24, 2015 in Baca Peristiwa
Tag:

:: kafha

“Elly Pical, petinju legendaris itu kini cuma jadi satpam!” sontak kagetku dalam obrolan ngalor-ngidul semalam usai reading group “syu’bul iman”. Saya kaget banget. Sama sekali tak terbayang. Tidak pernah membayangkan seorang olahragawan yang konon bikin harum nama Indonesia dalam kancah internasional, kini hidup “nelongso”. (lebih…)

Demokrasi itu konsensus. Demokrasi itu suara terbanyak. Maka demokrasi tak mengandaikan perubahan yang radikal. Bukan perubahan yang melahirkan chaos. Demokrasi, yang ditandai dengan pemilu, hanya akan melahirkan orang-orang yang tak mungkin berani meneguhkan apa yang telah dijanjikannya. Masih jelas nyaring di telinga, seorang Jokowi yang hanya akan tunduk pada kehendak rakyat, akan tunduk pada konstitusi, namun kini tak berkutik dengan tekanan yang anti rakyat. Bersama “salam dua jari” yang konon akan menegakkan revolusi mental, kenyataannya tak sanggup bikin sesuatu yang dahsyat. Kebijakan “kerja”nya sama saja dengan sudah-sudah. (lebih…)

Saya masih ingat sekali dengan tahun itu. Tahun Reformasi 1998. Bendera kebebasan dikibarkan. Rezim otoritarian digulingkan. Tembok Orde Baru yang kokoh berdiri selama 32 tahun, pun akhirnya jebol. Soeharto yang dengan senyum khasnya, laiknya raja Jawa yang penuh wibawa, terpaksa menyerahkan tahta kekuasaan kepada pembantunya, BJ Habibie. Ya Soeharto turun. Soeharto turun setelah menyaksikan gelombang protes ribuan mahasiswa yang menduduki gedung parlemen. Soeharto turun usai penjarahan, bakar-bakaran, dan rumor cerita adanya pemerkosaan yang menimpa warga keturunan Cina, di Jakarta dan Solo. Soeharto turun setelah didahului kisah pilu yang mencekam. (lebih…)

Jawa Dalam Berita

Posted: Mei 9, 2015 in Baca Peristiwa
Tag:

Jawa dalam berita. Itu yang saya saksikan kemarin, ketika tiga stasiun televisi nasional (MetroTV, TVONE, dan KompasTV) menayangkan secara langsung penjelasan Sri Sultan HB X terkait Sabda Raja. Terus terang saya tak tahu menahu perihal kisruh Sabda Raja Sultan Yogyakarta itu. Soal protes para adik Sultan yang menilai raja sekaligus gubernur daerah istimewa itu telah melanggar paugeran alias tradisi keraton. Soal GKR (Gusti Kanjeng Ratu) Pembayun, putri sulung Sultan, yang duduk di kursi Watu Gilang. Dan terakhir soal rencana suksesi Keraton Yogyakarta. Kala menyaksikan acara live kemarin itu, serasa kisruh yang sebelumnya saya tak paham, seolah telah berada di titik nadir. Titik nadir yang mengudang gejolak khawatir di masyarakat, terutama dalam rasa pribadi saya yang sebagai orang Jawa, meski bukan warga Yogya, tentang dualisme kepemimpinan sebagaimana yang terjadi di Keraton Solo. (lebih…)

Kepada siapa kita bisa mengadu ? Pertanyaan ini memang serasa sederhana, namun entah mengapa hingga kini kita pun kikuk dan tak jelas jawabannya. Seolah sungkan hendak menuding pihak-pihak berwajib yang nyata-nyata tidak beres dalam menunaikan kewajibannya. Dari sisi kita pun tak kalah  jelasnya, kita telah imun dari berita-berita ketidakberesan pejabat pemerintah, pejabat negara. Sudah lazim di telinga tentang tindak penyelewengan, penyalahgunaan wewenang, dan maling duit negara. Saking imunnya, kita jadi fatalis, pasrah, dan menganggap fenomena itu sebagai bagian ujian dari Tuhan. Saking enegnya dengan perilaku para pemegang otoritas, kita hanya bisa menggerundel. Meneriakkan kemuakan sekeras-kerasnya, namun hanya di hati. Di pendam sendiri. (lebih…)

Ada dan Bermakna

Posted: Mei 7, 2015 in Baca Peristiwa
Tag:

Suatu malam, tidak sebagaimana biasa, saya tak bisa memejamkan mata. Bergelayut pikiran, pelbagai beban tanggungan yang belum tuntas. Dari mulai hutang piutang yang tak kunjung lunas, janji belikan mainan dan buku pada Isa dan Rakhe yang belum terpenuhi, hingga tanggungan sosial yang tak terelakkan. Hmmm…konon dikatakan bahwa hidup sekadar mampir ngombe (singgah sekadar untuk minum). Seakan rambu-rambu dari para sesepuh, bahwa hidup jangan jadi alasan sebagai beban. Jangan dijadikan alasan untuk berkeluh kesah, mengumbar galau, sedih tiada ujung, lantaran usia kita untuk menghuni muka bumi ini tidaklah lama. Ada batas waktu. (lebih…)

Bang-Bang Wetan

Posted: Mei 7, 2015 in Baca Peristiwa
Tag:

Bang-bang Wetan, cahaya merah dari timur. Sebuah nomor lagu dari Cak Nun dan Kiai Kanjeng, yang selalu menemani saya kala malam maupun pagi hari. Nomor lagu yang rancak, full “gaduh”, yang menyiratkan bakal terbit keagungan dari timur. Bang-bang Wetan, abang-abang dari wetan. Abang artinya merah. Semburat warna merah matahari yang hendak terbit. Semburat yang belum penuh menampilkan keseluruhan badan matahari, seolah masih mengintip malu, dan menandakan kehidupan pagi sebentar lagi tergelar. Warna merah juga mengisyaratkan suatu keberanian yang tiada tara dalam menghadapi onak dan aral kehidupan. Kehidupan bukan dijauhi atau dihindari, melainkan dihadapi. Aral melintang yang menghambat laju, pasti adanya, tak bisa dihindarkan. (lebih…)